Mengamalkan Shalat Sunah
Sebelum kita membahas shalat sunah
dan macam-macamnya terlebih dulu kita memahami Apa Itu Shalat? shalat
secara lughot artinya do’a. menurut istilah shalat adalaha serangkaian
kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul
ihram dan diakhiri dengan salam. Praktik shalat harus sesuai dengan
tata cara yang diajarkan Rasulullah SAW di dalam haditsnya. Rasulullah
SAW bersabda.
… صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي … * رواه البخاري
Artinya : Shalatlah kalian sesuai dengan apa yang kalian lihat aku mempraktikkannya. (HR Bukhari-Muslim).
rekan-rekan sekalian jangan sekali-kali
menambah bacaan didalam shalat yang tidak ada contohnya dari Rasulullah
SAW karena itu merupakan bid’ah. Hukum shalat dapat dikategorikan
sebagai berikut :, Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk
mengerjakannya. Shalat Fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
1.Fardhu
Fardhu terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Fardhu A’in : ialah kewajiban
yang diwajibkan kepada hamba Allah langsung berkaitan dengan dirinya dan
tidak boleh diwakilkan kepada orang lain, seperti shalat lima waktu,
naik haji dan shaum.
Fardhu Kifayah : ialah kewajiban
yang diwajibkan kepada hamba Allah tidak langsung berkaitan dengan
dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang
mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya
maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak
dikerjakan. Seperti shalat jenazah.
Macam mcam Shalat Sunah
Shalat sunah rasulullah banyak
sekali di riwayatkan dalam kitab shohih maupun kitab-kitab sunan.
Sunnah-sunnah ini tidak wajib dilakukan oleh orang yang shalat, tetapi
jika ia melakukan semuanya atau sebagiannya maka ia akan mendapatkan
pahala, sedangkan orang yang meninggalkan semuanya atau sebagiannya maka
tidak ada dosa baginya, sebagaimana pembicaraan tentang sunnah-sunnah
yang lain (selain sunnah shalat). Namun seharusnya bagi seorang mukmin
untuk melakukannya sambil mengingat sabda Al-Mushthafa shallallahu
‘alaihi wa sallam,
“Wajib atas kalian berpegang teguh dengan
sunnahku dan sunnah Al-Khulafaa` Ar-Raasyidiin yang mendapat petunjuk.
Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian.” (HR. At-Tirmidziy dari
Al-’Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu)
1. Sholat Sunnah 4 (empat) raka’at
sebelum sholat Dzuhur. Ketika sudah masuk waktu Dhuhur, mengerjakan 4
raka’at (2 raka’at salam – 2 raka’at salam). Kebanyakan kaum muslimin
hanya melaksanakan 2 rakaat sholat sunnah sebelum sholat Dzuhur. Seperti
halnya sholat sunnah ba’da sholat Jum’at, kaum muslimin hanya
melaksanakan 2 raka’at. Padahal sholat yang disunnahkan ba’da sholat
Jum’at adalah 4(empat) raka’at. Kebanyakan kaum muslimin tidak
melaksanakan sholat sunnah ba’da sholat Jum’at. Atau kalau sholat sunnat
ba’da Jum’at hanya 2 raka’at. Padahal itu kurang. Yang benar adalah
sholat sunnah ba’da Jum’at adalah 4 (empat) raka’at. Bisa dilakukan di
masjid atau di rumah.
2. Sholat Sunnah 2 raka’at setelah sholat Dzuhur.
3. Sholat Sunnah 2 raka’at setelah sholat Maghrib.
3. Sholat Sunnah 2 raka’at setelah sholat ‘Isya
4. Sholat Sunnah 2 raka’at sebelum sholat Shubuh.
Sholat-sholat Sunnah tersebut yang dalam
Fiqih disebut Sholat Sunnah Mu’akkadah, juga disebut Sholat sunnah
Rowatib. Disebut Rowatib karena sholat-sholat sunnah tersebut mengikuti
(mengiringi) sholat Fardhu (Sholat Wajib).
Ada juga sholat sunnah Ghoiru Mu’akkadah, yaitu :
1. Sholat sunnah 2 raka’at sebelum sholat Ashar.
2. Sholat sunnah 2 raka’at sebelum sholat Maghrib.
3. Sholat sunnah 2 raka’at antara dua adzan (antara Adzan dan Iqomat).
4. Shalat Tahajjud (Qiyamullail)
Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 79,
As-Sajdah ayat 16 – 17, dan Al-Furqaan ayat 64. Dilakukan dua
raka’at-dua raka’at dengan jumlah raka’at tidak dibatasi.
Dari Ibnu Umar Ra. bahwa Nabi SAW
bersabda: “Shalat malam itu dua (raka’at)-dua (raka’at), apabila kamu
mengira bahwa waktu Shubuh sudah menjelang, maka witirlah dengan satu
raka’at.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)
5. Shalat Witir di luar Ramadhan
Minimal satu raka’at dan maksimal 11
raka’at. Lebih utama dilakukan 2 raka’at-2 raka’at, kemudian satu
raka’at salam. Boleh juga dilakukan seluruh raka’at sekaligus dengan
satu kali Tasyahud dan salam.
Dari A’isyah Rda. Bahwasannya Rasulullah
SAW shalat malam 13 raka’at, dengan witir 5 raka’at di mana beliau
Tasyahud (hanya) di raka’at terakhir dan salam. (HR Imam Bukhari dan
Muslim)
Beliau juga pernah berwitir dengan tujuh dan lima raka’at yang tidak dipisah dengan salam atau pun pembicaraan. (HR Imam Muslim)
6. Shalat Dhuha
Dari A’isyah Rda., adalah Nabi SAW
shalat Dhuha 4 raka’at, tidak dipisah keduanya (tiap shalat 2 raka’at)
dengan pembicaraan.” (HR Abu Ya’la)
Dari Abu Hurairah Ra., bahwasannya Nabi pernah Shalat Dhuha dengan dua raka’at (HR Imam Bukhari dan Muslim)
Dari Ummu Hani, bahwasannya Nabi SAW
masuk rumahnya (Ummu Hani) pada hari Fathu Makkah (dikuasainya Mekkah
oleh Muslimin), beliau shalat 12 raka’at, maka kata Ummu Hani: “Aku
tidak pernah melihat shalat yang lebih ringan daripada shalat (12
raka’at) itu, namun Nabi tetap menyempurnakan ruku’ dan sujud beliau.”
(HR Imam Bukhari dan Muslim)
6. Shalat Tahiyyatul Masjid
Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah
SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid, janganlah
duduk sehingga shalat dua raka’at.” (HR Jama’ah Ahli Hadits)
7. Shalat Taubat
Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang
hamba yang berdosa, kemudian ia bangun berwudhu kemudian shalat dua
raka’at dan memohon ampunan kepada Allah, kecuali ia akan diampuni.” (HR
Abu Dawud, Tirmidzi, dan lain-lain)
8. Shalat Tasbih
Yaitu shalat empat raka’at di mana di
setiap raka’atnya setelah membaca Al-Fatihah dan Surah, orang yang
shalat membaca: Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah
wallaahu akbar sebanyak 15 kali, dan setiap ruku’, i’tidal, dua sujud,
duduk di antara dua sujud, duduk istirahah (sebelum berdiri dari raka’at
pertama), dan duduk tasyahud (sebelum membaca bacaan tasyahud) membaca
sebanyak 10 kali (Total 75 kali setiap raka’at). (HR Abu Dawud dan Ibnu
Huzaimah)
9. Shalat Istikharah
Dari Jabir bin Abdillah berkata:
“Adalah Rasulullah SAW mengajari kami Istikharah dalam segala hal …
beliau SAW bersabda: ‘apabila salah seorang dari kalian berhasrat pada
sesuatu, maka shalatlah dua rakaat di luar shalat fardhu …dan
menyebutkan perlunya’ …” (HR Jama’ah Ahli Hadits kecuali Imam Muslim)
10. Shalat Hajat
Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa mempunyai hajat kepada Allah atau kepada seseorang, maka wudhulah
dan baguskan wudhu tersebut, kemudian shalatlah dua raka’at, setelah itu
pujilah Allah, bacalah shalawat, atas Nabi SAW, dan berdoa …” (HR
Tirmidzi dan Ibnu Majah)
11. Shalat 2 rakaat di masjid sebelum pulang ke rumah
Dari Ka’ab bin Malik: “Adalah Nabi
SAW apabila pulang dari bepergian, beliau menuju masjid dan shalat dulu
dua raka’at.” (HR Bukhari dan Muslim)
12. Shalat Awwabiin
Al-Qur’an surah Al-Israa’ ayat 25
Dari Ammar bin Yasir bahwa Nabi SAW
bersabda: “Barang siapa shalat setelah shalat Maghrib enam raka’at, maka
diampuni dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih lautan.” (HR Imam
Thabrani)
Ibnu Majah, Ibnu Huzaimah, dan
Tirmidzi meriwayatkan hadits serupa dari Abu Hurairah Ra. Nabi SAW
bersabda: “Barang siapa shalat enam raka’at antara Maghrib dan Isya’,
maka Allah mencatat baginya pahala ibadah 12 tahun” (HR Imam Tirmidzi)
13. Shalat Sunnah Wudhu’
Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa berwudhu, ia menyempurnakan wudhunya, kemudian shalat dua raka’at,
maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Imam Bukhari dan
Muslim)
14. Shalat Sunnah Mutlaq
Nabi SAW berpesan kepada Abu Dzar
al-Ghiffari Ra.: “Shalat itu sebaik-baik perbuatan, baik sedikit maupun
banyak.” (HR Ibnu Majah)
Dari Abdullah bin Umar Ra.: “Nabi SAW
bertanya: ‘Apakah kamu berpuasa sepanjang siang?’ Aku menjawab: ’Ya.’
Beliau bertanya lagi: ‘Dan kamu shalat sepanjang malam?’ Aku menjawab:
’Ya.’ Beliau bersabda: ’Tetapi aku puasa dan berbuka, aku shalat tapi
juga tidur, aku juga menikah, barang siapa tidak menyukai sunnahku, maka
ia tidak termasuk golonganku’.” (HR Bukhari dan Muslim)
Keutamaan Shalat Sunah
Keutamaan Shalat sunah
adalah bisa menambal kekurangan shalat wajib yang di sia-siakanya , dan
mendapat kefadolan sesuai fadhilah dari shalat sunah itu sendiri.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” إِنَّ أَوَّلَ مَا
يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ وُجِدَتْ
تَامَّةً كُتِبَتْ تَامَّةً، وَإِنْ كَانَ انْتُقِصَ مِنْهَا شَيْءٌ.
قَالَ: انْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ يُكَمِّلُ لَهُ مَا
ضَيَّعَ مِنْ فَرِيضَةٍ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ سَائِرُ الْأَعْمَالِ
تَجْرِي عَلَى حَسَبِ ذَلِكَ * رواه النسائي
Artinya : Dari Abi Hurairah sesungguhnya
Nabi SAW bersabda : Sesungguhnya amalan hamba yang pertama kali di hisab
pada hari kiamata adalah shalatnya, jika shalat wajibnya di jumpai
sempurna maka di tulis sempurna, jika shalat wajibnya di jumpai kurang
maka Allah berfirman : Lihatlah apa ada amalan shalat sunah untuk
menyempurnakan shalat wajib yang ia sia-siakan, kemudain seluruh hisaban
amalanya berlaku seperti demikian itu.
Dari hadist tersebut bahwa shalat sunah
itu sangat penting bagi kita, selain mendapat fahala shalat sunah dan
kefadholan-kefadholanya juga akan menjadi pelengkap kewajiban shalat
wajib kita.
0 Response to "Macam - Macan Shalat Sunah dan Keutamaan "
Post a Comment